Senin, 15 September 2014

EIGHT-TWO-TWO THOUSAND AND FOURTEEN

Malam hari di SPBU Malang diantara bis 7 dan bis 5 di depan toko La Caffee . Denafa  menyaksikan bintang-bintang yang bersinar terang. Ia menggenggam sekotak hadiah yang berisi  bracelet pemberian dari seseorang yang dia sayang . Dan menuju tempat dimana bertemunya Dion dan Denafa. Langkah demi langkahnya  yang pasti menuju kedalam kebahagiaan. Tak lama kemudian, sosok orang yang dia sayang muncul dengan senyuman yang membuat hatinya bahagia. Semakin dekat- semakin nyata orang itu. Ialah Dion. Dion yang Denafa sayang. Dion yang ingin membahagiakan Denafa. Dion yang sering memberi semangat Denafa. Angin semilir  berhembus  yang defana  rasakan,  saat ia tatap muka dengan seseorang yang dia sayang. Saat itu juga Dion memegang lembut wajah Denafa . Denafa seakan terpaku dengan kelakuan Dion yang menunjukkan bahwa ia sangat mencintai Denafa. Pelan-pelan  Dion membuka mulut untuk mengucapkan suatu kata kepastian dalam sebuah hubungan. “Maukah km jdi pacarku Denafa? Aku sayang kamu denafa J “ Saat kata itu terucap hanya ada satu jawaban dalam pikiran denafa “iya aku mau jadi pacar kamu “ dengan keyakinan ia mengucapkan nya dengan penuh kebahagiaan. Lalu dion memberinya sebuah barcelet yang dipasang di tangan kiri denafa. Denafa berjanji tidak akan menghilangkan barcelet itu. disaat itu pun dion dan Denafa resmi menjadi pasangan yang romantis.. dan disaat itu juga, di kota Malang, Dion dan Denafa menulis di sebuah batu di dekat cafe tanggal jadian mereka. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar